Kamis, 14 Mei 2015

Seperti roda yang berputar. (FF)

                Dijalanan yang sepi terlihat ada anak laki-laki dengan surai navy blue tengah di sudutkan oleh sekelompok anak-anak yang nakal. “mau apa kalian?” Tanya anak itu dengan sedikit ketakutan. “aku tidak mau apa-apa. Aku hanya mau memberimu peringatan karena kamu telah berani melaporkan kita ke sensei. .” jawab salah satu anak yang mempunyai perawakan tinggi kurus dan dengan penampilan berantakan, dengan seragam sekolah yang dikeluarkan yang menandakan kalau mereka bukan anak-anak yang baik. Salah satu anak mendekati anak bersurai navy blue itu dan memberikan tinjunya tepat ke pipi sebelah kanan. .
‘bukk. ,’ dengan satu pukulan itu telah membuat darah keluar dari bibir anak bersurai navy blue itu. Dan anak yang lain ikut mendekati anak bersurai navy blue itu untuk mendaratkan tinjunya tapi tiba-tiba
“berhenti!!!. . .” suara teriakan bernada perintah terdengar dari belakang mereka. Seorang anak yang memakai topi berteriak menghentikan aksi mereka.
“hei kau, jangan ganggu urusan kami. Pergi sana!” perintah salah satu anak itu.
“tidak, !” jawab anak bertopi itu. “jangan beraninya sama anak yang lemah donk, klo berani ayo hadapi aku.” Tantangnya
“baiklah, kalau itu maumu. . “ jawab salah satu anak itu geram. Dan akhirnya perkelahian pun terjadi diantara mereka. Dengan kondisi satu lawan tiga sebenarnya ini bukan situasi yang imbang, karena itu sebelum memulai perkelahian, anak bertopi itu sudah menghubungi pengawalnya untuk datang ketempat tersebut. Perkelahian tidak berlangsung lama karena pengawal yang dipanggil oleh anak bertopi itu segera datang. Dan pada saat perkelahian itu terjadi topi yang digunakan terlepas memperlihatkan surai blodenya yang secerah matahari. Anak bersurai navy blue yang melihatnya terkejut melihat hal ini ‘apa? Dia seorang anak perempuan?’ batinnya.
“nona, anda tidak apa-apa?” Tanya pengawalnya khawatir.
“aku tidak apa-apa kisaka-san, jangan khawatir. .” jawab anak bersurai blode itu. Gadis itu hanya mendapat beberapa lecet di bagian tubuhnya.
“apa anda ingin pulang sekarang. .” Tanya kisaka-san lagi
“iya, tunggu aku dimobil sebentar. . .” jawab anak bersuari blode itu
“baiklah, saya akan menunggu nona dimobil. .” pengawal itu membungkuk dan pergi meninggalkan gadis itu dan menuju ke mobil
anak itu berjalan mendekati bocah bersuarai navy blue itu. “kau tidak apa-apa?” Tanya nya.
“hai. , daijobu! Terima kasih . .” ucapnya.
“hemm. , ada yang luka? Sini biar ku obati” tawar gadis itu yang langsung memperhatikan wajah bocah bersurai navy blue itu. Bocah itu yang merasa diperhatikan muncul seburat warna merah dipipinya. “kau ini anak laki-laki apa anak perempuan sih?, harusnya kan bisa melindungi diri sendiri, bukannya pasrah dipukuli seperti tadi…” ucapan anak bersurai blode itu sukses membuat bocah bersurai navy blue itu cemberut. “aku anak laki-laki dan aku bisa melindungi diriku sendiri. .” jawab anak itu kesal. . . “hahahahaa. . .” anak itu hanya tertawa mendengar jawaban anak bersurai navy blue. “kalau begitu buktikan!” lanjutnya. . , anak itu melihat arlojinya, “ sudah selesai, sudah waktunya aku pergi. Oy ini aku berikan kalung haumea ini untukmu agar kau mengingat ucapanmu sehingga kamu dapat melindungi dirimu sendiri” anak bersurai blode itu mengalungkan kalungnya yang berbandul bayu warna merah ke leher anak yang bersurai navy blue itu. , “ok., jaa. , sampai berjumpa lagi…” ucap anka bersurai blode melampaikan tangannya pergi meninggalkan anak bersurai navy blue itu.
10 tahun kemudian
                Cahaya matahari menembus melewati celah-celah jendela, menyinari ruangan yang bernuansa biru itu. Membuat pemuda bersurai navy blue itu terbangun. Yah meskipun dia adalah seorang pemuda tapi dia sangat suka kerapian. Dalam keadaan setengah sadarnya dia meraba-raba meja didekat tempat tidurnya. Mencoba mengambil jam yng terletak diatasnya. “jam 06.00 pagi. .” seketika itu juga iris pemuda itu melebar. ‘sial aku telat, kira bisa marah’ keluhnya. Hari ini aku berencana berangkat bersama kira, kira hibiki sahabatku.aku bergegas merapikan diriku. ‘sial gara-gara semalam main CoC, jadi gini kan’ gerutunya. Tak perlu waktu lama untuk merapikan diri karena sahabatku itu tipe orang yang sangat ontime semenit saja aku telat, tamatlah riwayatku. Aku bergegas keluar kamar dan menuruni tangga , ku lihat okaa san dan otou san ada diruang makan, aku menghampiri mereka untuk menunaikan rutinitasku. Mencium okaa san dan otou san. Hey., aku adalah anak tunggal, jadi wajarkan kalau aku bersikap seperti itu.
                “ohayou, kaa san, ohayou otau san. .” sapanya
                “ohayou athrun., “ balasnya sambil mencium kening anak kesayanganya. “mau pakai selai kacang apa coklat?” lanjutnya.
                “tidak untuk hari ini bu, aku sudah ditunggu kira. Ibu tau kan bagaimana sikap kira?” jawab athrun.
                “iyaa. , tapi bawahlah bekal ini. Sekalian buat kira juga.” Saran Lenore san.
                “hai., arigatou. , aku berangkat kaasan, otaou san. ,” salam athrun.
                Jarak Rumahku dan kira cukup dekat hanya berbeda 1 blok. Aku cukup berjalan kaki kerumahnya. Di persimpangan jalan aku melihat ada gadis bersurai blode sedang menyelamatkan anak kucing yang terjatuh di saluran air di samping jalan. Dan dari arah berlawanan aku melihat ada mobil yang melaju dengan cukup kencang. ‘Sial seperti di drama korea saja.’keluhnya. , mau tidak mau aku harus menyelamatkanya. Aku langsung berlari kesebrang jalan dan aku langsung mendorong tubuh gadis itu ke trotoar. “bodoh! Apa kamu nggak tau kalo tadi itu berbahaya?!” tanyaku geram. “aku tau.” Jawabnya singkat, dia tersenyum sambil menyodorkan seekor anak kucing yang setengah kotor. “seenggaknya kucing ini selamat” lanjutnya. “bodoh” ucap athrun. “apa kau bilang?” Tanya gadis bersurai blode itu. “sudahlah, lupakan.” Kata athrun sambil berlalu meninggalkan gadis itu dengan gaya coolnya. . diperjalanan ke rumah kira, athrun terus memikirkan kejadian yang baru terjadi. ‘heran, masih ada orang yang bertindak bodoh hanya demi kucing’ pikirnya.
                Kira yang sejak tadi melihat ekspresi athrun merasa heran dengan sahabatnya ini. “kau kenapa?” Tanya kira.
                “tidak apa-apa. .” jawab athrun santai.
                Tidak banyak obrolan di perjalanan mereka ke sekolah. “ku dengar hari ini ada murid pindahan baru? Kau tahu siapa dia?” Tanya athrun pada kira. “entahlah, sepertinya iya. .” jawab kira datar. “siapa?” Tanya athrun sedikit penasaran. “nanti juga tahu. .” jawab kira sok misterius.
                Bel sekolah berbunyi tanda dimulainya pelajaran. Seperti yang sudah diketahui hampir semua anak dikelas ini bahwa hari ini ada murid baru.
                Ckreekkk. . ,
 pintu terbuka menampilkan sosok ramius sensei guru sejarah tercinta sekaligus wali  kelas IX-1. “ohayou minna. . .” sapa ramius sensei ramah. “seperti yang kalian ketahui, hari ini ada murid pindahan dikelas  kita.” Lanjutnya. “nah cagalli, masuklah. .” ramius sensei memanggil anak yang ada diluar ruang kelas. Seorang gadis dengan surai blode dan beriris amber masuk. Athrun yang melihat gadis tersebut tersentak. ‘dia, gadis yang tadi pagi’ gumamnya.
“hay, perkenalkan. Saya cagalli. Cagalli hibiki. Mohon bantuannya.” Sapa cagalli dengan riang
Athrun yang mendengar nama belakang anak baru tersebut langsung melirik kea rah kira. Seolah tau arti lirikan athrun. Kira hanya memberi senyum penuh misterinya lagi.
“nah, cagalli berhubung pelajaran akan segera dimulai. Silahkan duduk dikursi yang kosong.” Perintah ramius sensei.
“hai, sensei. .” jawab cagalli. Cagalli berjalan ke kursi dipojok ruangan dekat jendela persis di samping tempat duduk athrun. Cagalli yang merasa diperhatikan oleh athrun langsung membuang muka keluar jendela.

Pelajaran berjalan dengan hikmat, karena ramius sensei pintar bercerita.


-bersambung-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar