Dijalanan
yang sepi terlihat ada anak laki-laki dengan surai navy blue tengah di sudutkan
oleh sekelompok anak-anak yang nakal. “mau apa kalian?” Tanya anak itu dengan
sedikit ketakutan. “aku tidak mau apa-apa. Aku hanya mau memberimu peringatan
karena kamu telah berani melaporkan kita ke sensei. .” jawab salah satu anak
yang mempunyai perawakan tinggi kurus dan dengan penampilan berantakan, dengan
seragam sekolah yang dikeluarkan yang menandakan kalau mereka bukan anak-anak
yang baik. Salah satu anak mendekati anak bersurai navy blue itu dan memberikan
tinjunya tepat ke pipi sebelah kanan. .
‘bukk. ,’ dengan satu pukulan itu
telah membuat darah keluar dari bibir anak bersurai navy blue itu. Dan anak
yang lain ikut mendekati anak bersurai navy blue itu untuk mendaratkan tinjunya
tapi tiba-tiba
“berhenti!!!. . .” suara teriakan
bernada perintah terdengar dari belakang mereka. Seorang anak yang memakai topi
berteriak menghentikan aksi mereka.
“hei kau, jangan ganggu urusan
kami. Pergi sana!” perintah salah satu anak itu.
“tidak, !” jawab anak bertopi
itu. “jangan beraninya sama anak yang lemah donk, klo berani ayo hadapi aku.”
Tantangnya
“baiklah, kalau itu maumu. . “
jawab salah satu anak itu geram. Dan akhirnya perkelahian pun terjadi diantara
mereka. Dengan kondisi satu lawan tiga sebenarnya ini bukan situasi yang
imbang, karena itu sebelum memulai perkelahian, anak bertopi itu sudah
menghubungi pengawalnya untuk datang ketempat tersebut. Perkelahian tidak
berlangsung lama karena pengawal yang dipanggil oleh anak bertopi itu segera
datang. Dan pada saat perkelahian itu terjadi topi yang digunakan terlepas
memperlihatkan surai blodenya yang secerah matahari. Anak bersurai navy blue
yang melihatnya terkejut melihat hal ini ‘apa? Dia seorang anak perempuan?’
batinnya.
“nona, anda tidak apa-apa?” Tanya
pengawalnya khawatir.
“aku tidak apa-apa kisaka-san,
jangan khawatir. .” jawab anak bersurai blode itu. Gadis itu hanya mendapat
beberapa lecet di bagian tubuhnya.
“apa anda ingin pulang sekarang.
.” Tanya kisaka-san lagi
“iya, tunggu aku dimobil
sebentar. . .” jawab anak bersuari blode itu
“baiklah, saya akan menunggu nona
dimobil. .” pengawal itu membungkuk dan pergi meninggalkan gadis itu dan menuju
ke mobil
anak itu berjalan mendekati bocah
bersuarai navy blue itu. “kau tidak apa-apa?” Tanya nya.
“hai. , daijobu! Terima kasih .
.” ucapnya.
“hemm. , ada yang luka? Sini biar
ku obati” tawar gadis itu yang langsung memperhatikan wajah bocah bersurai navy
blue itu. Bocah itu yang merasa diperhatikan muncul seburat warna merah
dipipinya. “kau ini anak laki-laki apa anak perempuan sih?, harusnya kan bisa
melindungi diri sendiri, bukannya pasrah dipukuli seperti tadi…” ucapan anak
bersurai blode itu sukses membuat bocah bersurai navy blue itu cemberut. “aku
anak laki-laki dan aku bisa melindungi diriku sendiri. .” jawab anak itu kesal.
. . “hahahahaa. . .” anak itu hanya tertawa mendengar jawaban anak bersurai
navy blue. “kalau begitu buktikan!” lanjutnya. . , anak itu melihat arlojinya,
“ sudah selesai, sudah waktunya aku pergi. Oy ini aku berikan kalung haumea ini
untukmu agar kau mengingat ucapanmu sehingga kamu dapat melindungi dirimu
sendiri” anak bersurai blode itu mengalungkan kalungnya yang berbandul bayu
warna merah ke leher anak yang bersurai navy blue itu. , “ok., jaa. , sampai
berjumpa lagi…” ucap anka bersurai blode melampaikan tangannya pergi
meninggalkan anak bersurai navy blue
itu.
10 tahun kemudian
Cahaya
matahari menembus melewati celah-celah jendela, menyinari ruangan yang
bernuansa biru itu. Membuat pemuda bersurai navy blue itu terbangun. Yah
meskipun dia adalah seorang pemuda tapi dia sangat suka kerapian. Dalam keadaan
setengah sadarnya dia meraba-raba meja didekat tempat tidurnya. Mencoba
mengambil jam yng terletak diatasnya. “jam 06.00 pagi. .” seketika itu juga
iris pemuda itu melebar. ‘sial aku telat, kira bisa marah’ keluhnya. Hari ini
aku berencana berangkat bersama kira, kira hibiki sahabatku.aku bergegas
merapikan diriku. ‘sial gara-gara semalam main CoC, jadi gini kan’ gerutunya.
Tak perlu waktu lama untuk merapikan diri karena sahabatku itu tipe orang yang
sangat ontime semenit saja aku telat, tamatlah riwayatku. Aku bergegas keluar
kamar dan menuruni tangga , ku lihat okaa san dan otou san ada diruang makan,
aku menghampiri mereka untuk menunaikan rutinitasku. Mencium okaa san dan otou
san. Hey., aku adalah anak tunggal, jadi wajarkan kalau aku bersikap seperti
itu.
“ohayou,
kaa san, ohayou otau san. .” sapanya
“ohayou
athrun., “ balasnya sambil mencium kening anak kesayanganya. “mau pakai selai
kacang apa coklat?” lanjutnya.
“tidak
untuk hari ini bu, aku sudah ditunggu kira. Ibu tau kan bagaimana sikap kira?”
jawab athrun.
“iyaa.
, tapi bawahlah bekal ini. Sekalian buat kira juga.” Saran Lenore san.
“hai.,
arigatou. , aku berangkat kaasan, otaou san. ,” salam athrun.
Jarak
Rumahku dan kira cukup dekat hanya berbeda 1 blok. Aku cukup berjalan kaki
kerumahnya. Di persimpangan jalan aku melihat ada gadis bersurai blode sedang
menyelamatkan anak kucing yang terjatuh di saluran air di samping jalan. Dan
dari arah berlawanan aku melihat ada mobil yang melaju dengan cukup kencang.
‘Sial seperti di drama korea saja.’keluhnya. , mau tidak mau aku harus
menyelamatkanya. Aku langsung berlari kesebrang jalan dan aku langsung
mendorong tubuh gadis itu ke trotoar. “bodoh! Apa kamu nggak tau kalo tadi itu
berbahaya?!” tanyaku geram. “aku tau.” Jawabnya singkat, dia tersenyum sambil
menyodorkan seekor anak kucing yang setengah kotor. “seenggaknya kucing ini
selamat” lanjutnya. “bodoh” ucap athrun. “apa kau bilang?” Tanya gadis bersurai
blode itu. “sudahlah, lupakan.” Kata athrun sambil berlalu meninggalkan gadis
itu dengan gaya coolnya. . diperjalanan ke rumah kira, athrun terus memikirkan
kejadian yang baru terjadi. ‘heran, masih ada orang yang bertindak bodoh hanya
demi kucing’ pikirnya.
Kira
yang sejak tadi melihat ekspresi athrun merasa heran dengan sahabatnya ini.
“kau kenapa?” Tanya kira.
“tidak
apa-apa. .” jawab athrun santai.
Tidak
banyak obrolan di perjalanan mereka ke sekolah. “ku dengar hari ini ada murid
pindahan baru? Kau tahu siapa dia?” Tanya athrun pada kira. “entahlah,
sepertinya iya. .” jawab kira datar. “siapa?” Tanya athrun sedikit penasaran.
“nanti juga tahu. .” jawab kira sok misterius.
Bel sekolah
berbunyi tanda dimulainya pelajaran. Seperti yang sudah diketahui hampir semua
anak dikelas ini bahwa hari ini ada murid baru.
Ckreekkk.
. ,
pintu terbuka menampilkan sosok ramius sensei
guru sejarah tercinta sekaligus wali
kelas IX-1. “ohayou minna. . .” sapa ramius sensei ramah. “seperti yang
kalian ketahui, hari ini ada murid pindahan dikelas kita.” Lanjutnya. “nah cagalli, masuklah. .”
ramius sensei memanggil anak yang ada diluar ruang kelas. Seorang gadis dengan
surai blode dan beriris amber masuk. Athrun yang melihat gadis tersebut
tersentak. ‘dia, gadis yang tadi pagi’ gumamnya.
“hay, perkenalkan. Saya cagalli.
Cagalli hibiki. Mohon bantuannya.” Sapa cagalli dengan riang
Athrun yang mendengar nama
belakang anak baru tersebut langsung melirik kea rah kira. Seolah tau arti
lirikan athrun. Kira hanya memberi senyum penuh misterinya lagi.
“nah, cagalli berhubung pelajaran
akan segera dimulai. Silahkan duduk dikursi yang kosong.” Perintah ramius
sensei.
“hai, sensei. .” jawab cagalli. Cagalli
berjalan ke kursi dipojok ruangan dekat jendela persis di samping tempat duduk
athrun. Cagalli yang merasa diperhatikan oleh athrun langsung membuang muka
keluar jendela.
Pelajaran berjalan dengan hikmat,
karena ramius sensei pintar bercerita.
-bersambung-
-bersambung-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar