TERUS BERLARI...
Hari yang cerah,
langit biru yang menenangkan dihiasi awan dengan berbagai macam bentuk. Rasanya
begitu tenang. Di tengah hamparan rumput yang hijau dan balaian angin yang
lembut. Sekelompok anak remaja mulai merangkai mimpi.
“nggak nyangka
yah kita udah mau jadi anak SMA” suara yani membuyarkan suasana. Namanya adalah
widi afiyani, dia bermimpi untuk menjadi seorang apoteker. Karena dia ingin
menyediakan obat dengan harga murah dan kualitas terbaik untuk orang-orang yang
kurang mampu sekaligus dengan efek samping yang ringan.
“iya.,” imbuh
dina. Namanya adalah dina mariana. Dia bermimpi untuk menjadi guru. Karena dina
ingin indonesia lebih maju. Dia selalu ingat kenapa jepang bisa langsung
bangkit setelah peristiwa hirosima-nagasaki, itu karena perjuangan para guru
yang selamat. Yang terus mengajarkan ilmu dan memotivasi agar bangkit.
“mau lanjut
kemana?” tanya nisa. Namanya adalah nisa ikrimah. Dia bermimpi untuk menjadi
seorang egineering. Meskipun dia adalah seorang perempuan tapi tekadnya sudah
bulat untuk menjadi seorang egineering. Untuk alasanya, dia tidak pernah
menyebutkanya.
“aku mau ke SMK
Farmasi, soalnya kalian tahu sendiri keadaan keluargaku seperti apa kan? Jadi
kalau aku nggak bisa lanjut kuliah, aku sudah punya dasar ilmu farmasi” sambil
tersenyum yani menjawab mantap.
“kalau aku mau
lanjut di SMA 1, kalau kamu di mana sa?” tanya dina pada nisa.
“aku mau lanjut
di SMKN 1, mau ambil teknik mesin.” Jawab nisa santai
“okeh mulai
sekarang kita akan berjuang meraih mimpi kita, kita akan terus berlari
mengejarnya hingga Allah mendekap erat mimpi kita!” seru dina bersemangat. Yang
langsung disepakati oleh yani dan nisa.
“meski kita
tidak satu sekolah dan jalan kita berbeda, kita akan terus berjalan bersama...”
yani menambahi.
“ya. Kita akan
terus bersama, selamanya” nisa meyakinkan.
--- tiga
tahun kemudian ---
“aku lulus” seru
nisa
“aku lulus” seru
yani
“aku juga lulus”
dina menambahi.
“gimana mau
lanjut kuliah dimana?” tanya nisa disela-sela kegembiraan ini
“insya Allah aku
mau lanjut di UNNES yang deket, kamu dimana sa?” tanya dina
“insya Allah aku
mau lanjut di ITB do’ain aku yaa teman-teman...” jawab nisa semangat
“iya., kami akan
selalu mendo’akan mu” jawab yani sambil tersenyum
“kamu sih mau
lanjut dimana yan?” tanya nisa penasaran
Dengan tampang
lemas yani menjawab, “nggak tau, bingung. Dari sekolah swasta bisa lanjut
kuliah dimana? Paling juga universitas swasta. Itu juga nggak mesti diterima. Tahun
kemaren aja ada kakak kelasku yang coba daftar di univ. Swasta tapi nggak di
terima, padahal dia juara paralel. Anehnya yang lulusan SMA dengan rata-rata
nilai standar bisa diterima di univ. Tersebut. Aneh nggak tuh??”
“wah itu sih
namanya diskriminasi di bidang pendidikan!!!” nisa sedikit emosi
“kenapa kamu
nggak masuk SMK Farmasi yang negri aja?” celetuk dina.
“dari zaman
belanda menjajah indonesia sekolah farmasi itu nggak ada yang negri tau.” Jawab
yani enteng. “tapi wajar sih. Kata guru aku, sebagian besar universitas negri
dan univ swasta yang bonafit itu nggak mau menerima bahan setengah jadi dalam
artian anak-anak yang sudah memiliki keahlian.” Yani menambahi
“berarti aku
juga dong. udah lah yan, nggak usah terlalu dipikirkan. Aku juga harus belajar
dari awal” nisa dengan tampang yang selalu optimisnya sedikit memberi motivasi.
“loh, kog
gitu???” tanya dina heran.
“kenapa kamu
heran?? Wajar donk. Materi yang diujikan di SBMPTN itu kan materi SMA yang
jelas-jelas nggak di ajarin di SMK lah kurikulumnya aja beda. Otomatis aku
harus belajar lebih keras dibandingkan anak SMA yang lain.” Nisa semakin
bersemangat.
“hemm. , aku
harap suatu hari nanti aku bisa menjadi mentri pendidikan dan mampu membuat
sistem pendidikan yang lebih baik dari ini. Dimana semua anak indonesia dapat
menikmati pendidikan berkualitas, dan tidak ada lagi yang namanya diskriminasi
di bidang pendidikan. Meskipun jalan yang dilalui akan sulit, tapi aku akan
berusaha. Aku ingin indonesia maju, salah satunya dengan pendidikan yang
bermutu dan merata. Mungkin langkah awal adalah mengirim pasukan khusus yang
berisi guru dan tenaga medis ke pelosok negri untuk mengajari mereka ilmu dan
cara hidup sehat. karena pendidikan dan kesehatan nggak bisa dipisahkan.
Selanjutnya memberi kesempatan pada anak-anak nusantara yang memiliki keahlian
diatas rata-rata untuk bisa meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
kalau perlu gratis. Tapi dengan syarat ilmu mereka, digunakan dengan
sebaik-baiknya untuk kemajuan indonesia.” Jawab dina panjang lebar dengan penuh
harapan. Yang diaamiini oleh nisa dan yani.
“aamiin, din.
Semoga para malaikat meng-aamiini do’amu, semoga Allah mengabulkannya.” Imbuh
yani penuh harap.
“udah lah,
jangan sedih terus. Perjuangan kita belum berakhir. Kita masih harus belajar
lebih keras lagi. Insya Allah kita bisa. Karena Allah tidak akan merubah nasib
suatu kaum jika mereka tidak berusaha untuk merubahnya. Tugas kita sekarang
adalah berusaha. Hasil akhirnya kita serahkan sama Allah.” Nisa optimis.
“oke semangat
teman.! Din kamu kan SMA, ajarin kita materi SMA laahhh. . .” yani coba merayu
dina
“siap bos. Mulai
sekarang kita akan belajar kelompok. Dirumah aku yaaa. , hahahaa”
“iyaaa” jawab
yani dan nisa kompak.
Mereka pun
kembali ceria, bersemangat menyambut hari esok yang entah akan seperti apa. Hari-hari
mereka lalui bersama, suka duka mereka dengan soal-soal latihan yang cukup
menguras banyak energi membuat rasa persaudaraan diantara mereka semakin kuat.
Hingga tiba hari itu.
“gimana? Bisa
ngerjain?” yani sms ke dina dan nisa. Komunikasi lewat HP karena mereka bertiga
tidak ujian di tempat yang sama.
Dreetttt
dreetttt. . , ada sms masuk dari nisa dan dina. Keduanya membalas
“alhamdulillah” ‘syukurlah kalau begitu”dalam hati yani bergumam.
Tiba saat
pengumuman, mereka membeli koran yang memuat daftar nama yang lolos SBMPTN.
Mereka membuka dan terus mencari nama mereka. Mata mereka terus menyusuri
deretan nama-nama yang tersusun rapi. Hingga mereka menemukan nama DINA
MARIANA. Dina lolos !
Mereka mulai
mencari lagi setelah masa pencarian yang melelahkan akhirnya mereka menemukan
nama NISA IKRIMAH. Nisa juga lolos !
Berikutnya
mereka mencari nama yani, terus mencarinya, dan terus mencarinya hingga mereka
membolak-balikkan koran tersebut tetap saja tidak ditemukan nama tersebut. Ya,
tidak ditemukan nama WIDI AFIYANI. Yani gagal !
Terlihat jelas
raut kekecewaan diwajahnya. Mereka bertiga berpelukan, rasa haru muncul disana.
Tidak bisa dipungkiri rasa sedih itu ada. Meski mereka tahu dengan bersedih
tidak akan merubah apapun.
“sudahlah,
jangan sedih. Aku nggak apa-apa kog, tenang ajaa” yani menenangkan
teman-temannya.
“apa yang akan
kamu lakukan?” tanya dina dengan suara parau dan sedikit lirih karena menangis.
“entahlah,
mungkin untuk satu atau dua tahun ini aku mau kerja dulu ngumpulin uang buat
masuk kuliah di univ. Swasta, keluargaku nggak mampu buat biaya kuliah di univ
swasta. Biaya univ. Swasta kan mahal, apalagi untuk jurusan Farmasi. Hehehee...
tapi tenang saja insya Allah tahun depan aku akan coba SBMPTN lagi, aku masih
punya dua kesempatan lhoo” jawab yani tegar.
“tetap semangat
yaa yan. ! kita bisa mewujudkan mimpi kita. Meski jalan yang dilalui terjal,
jangan menyerah, jangan pernah menyerah.kebesaran dan kuasa Allah akan selalu
bersama kita.” Nisa berusaha memberi motivasi.
“iya yan, kadang Allah tidak memberikan jalan
yang mulus, karena Allah ingin kita lebih banyak belajar. Yang akan membuat
kita semakin hebat. Semangat !” dina mencoba menghibur.
“iyaa
teman-teman. Aku akan semangat melalui hari esok yang entah akan seperti apa.”
Senyum yani mulai mengembang penuh harapan. Tidak terlihat lagi perasaan sedih
itu.
“SEMANGAT!!!!”
seru mereka bersamaan.
Derai tawa pun
mulai terdengar. Tak ada lagi suara tangis dan suasana sedih. Yang terlihat
hanyalah tiga remaja yang siap menantang kerasnya dunia dengan penuh semangat
dan harapan untuk mencapai sebuah mimpi.
catt: sebenernya, ni cerita mau aku ikutin lomba. tapiiiii berhubung akunya nggak PD jadiii ya udah aku posting di blog ajaaa hehehee. . ,
oy. , ini cuma cerita fiksi lhoo yaaa. , klo ada yang mengalami yaaa mungkin jodoh dengan blog ini wkwkwkwkwk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar