Semester baru dimulai. seperti biasa,
pembagian kelompok praktek dimulai. Saat aku lihat daftar anak dikelas XII F3,
masya Allah anak yang paling bandel ada dikelas ini, semoga aku nggak dapat
jatah jadi pembimbing prakteknya. Harapku.
Satu kelas ada 35 siswa dan pembimbing
praktikum ada 4 orang, anak itu berada di absen 29 kemungkinan anak itu bakal
ada di kelompok terakhir. Untuk pembagian pembimbing, kami –para pembimbing
praktikum- punya cara unik. Setelah kelompok dibagi, maka pembimbing praktikum dibagi
berdasarkan hasil klintingan. mirip arisan. Untuk pertama namaku nggak keluar,
kedua juga nggak, selanjutnya nggak lagi. Duh, sepertinya takdir memang
berpihak padaku. Namaku keluar terakhir, artinya aku bakal jadi pembimbing anak
itu. Ya sudahlah, sepertinya semester ini bakal jadi semester yang cukup berat.
J
Untuk pertemuan pertama hanya pembagian
kelompok dan informasi untuk materi yang akan diberikan selama satu semester ke
depan. Dan untuk pertemuan ke dua materinya adalah mengulang materi yang sudah
diberikan disemester sebelumnya untuk mengukur kemampuan siswa.
Saat praktikum pertama, aku sengaja
hanya melihat tanpa membimbing karena aku ingin lihat kemampuan individu
masing-masing. Selama praktikum aku berjalan mengawasi anak-anak yang aku
bimbing. Kadang aku tersenyum kadang juga geleng-geleng kepala, karena sudah
kelas akhir tapi praktek masih berantakan. Terlebih lagi sama kiki anak yang
paling bandel itu.
Setelah praktikum selesai aku memanggil
anak-anak itu satu persatu. Aku sampaikan kesalahan-kesalahan selama pratek dan
bertanya kesulitan yang dialami selama praktikum. Hingga tiba waktunya buat
kiki.
“kiki” panggilku.
Dia langsung datang menghampiri
dimejaku.
“kiki, kamu tahu kesalahan yang kamu
lakukan selama praktikum?” tanyaku.
“nggak bu” jawabnya sambil cengengesan.
“jadi,kamu masih salah dipenimbangan,
kamu belum bisa membedakan anak timbangan 1gram dan 5gram? Terus kamu belum
bisa membedakan bahan-bahan mana saja yang boleh ditimbang dengan kertas
perkamen atau kaca arloji? kamu itu sudah kelas XII dan sebentar lagi ujian
kompetensi. Kesempatan kamu buat belajar tinggal satu semester ini loh. Ini
baru sebagian kecil masih banyak kesalahan yang kamu lakukan. Untuk jelasnya
sudah saya tulis di jurnal praktekmu. Pelajari lagi” terangku
“baik bu” jawabnya singkat. Tanpa rasa
penyesalan sedikitpun.
“ya sudah kamu boleh pergi” perintahku.
Kiki langsung kembali ke kelasnya tanpa
pamit. Aku cuma bisa menarik nafas panjang berusaha untuk menenangkan diri.
Baru kali ini aku menemukan anak seperti dia.
Untuk pratikum selanjutnya hampir semua
resep yang dikerjakan nggak ada yang benar. Sekalinya benar itu juga nyontek.
Ckckk. . . sepertinya memang perlu privat.
Aku memanggilnya sekali lagi.mencoba
untuk mencari tahu permasalahanya. Setelah perbincangan yang cukup lama dengan
kiki, aku bisa menyimpulkan kalau kiki adalah anak yang kurang motivasi. Dia
anak yang bisa dibilang kurang perhatian dari orang tuanya. Kedua orang tuanya
sibuk bekerja diluar kota. Dan kiki tinggal dengan adiknya.
“jadi kiki, di ujian tengah semester
ini. Dari empat resep yang di ujikan. apa bisa benar tiga?” Tanya ku. “kalau
iya, saya bakal kasih hadiah ke kamu” lanjutku.
“duh bu, itu berat. Satu aja ya?”
pintanya
“tidak bisa. Harus tiga” jawabku tegas
Dia hanya diam tidak memberikan jawaban
hingga bel tanda istirahat selesai berbunyi.
“ya sudah, kembali ke kelas” perintahku.
Di
praktikum praktikum selanjutnya kiki mulai ada perubahan sedikit demi sedikit.
Kadang bisa benar satu, kadang benar dua dan kadang tidak ada yang benar.
Hingga ujian tengah semester berlangsung.
Untuk pengawas ujian praktikum kita
memakai sistem pengawas silang. Dimana aku mengawasi anak-anak dari pembimbing
lain. Ujian berjalan dengan lancar. Jurnal dan hasil langsung dikoreksi saat itu
juga.jadi bisa langsung tahu nilai yang didapat.
Keesokan harinya aku memanggil kiki.
“kiki ini buat kamu” kamu menyodorkan
satu buah coklat.
“loh bu, kan aku hanya benar dua”
katanya heran.
“ini bukan untuk hasil yang kamu
peroleh, tapi untuk usaha yang kamu lakukan.”terangku. “jika kamu bisa
mengerjakan tiga resep atau mungkin semuanya, kamu bisa dapat coklat yang lebih
besar dari ini”
“makasih bu”
“usaha tidak pernah mengkhianati hasil
ki.”