Minggu, 04 November 2018

Motivasi coklat


Semester baru dimulai. seperti biasa, pembagian kelompok praktek dimulai. Saat aku lihat daftar anak dikelas XII F3, masya Allah anak yang paling bandel ada dikelas ini, semoga aku nggak dapat jatah jadi pembimbing prakteknya. Harapku.
Satu kelas ada 35 siswa dan pembimbing praktikum ada 4 orang, anak itu berada di absen 29 kemungkinan anak itu bakal ada di kelompok terakhir. Untuk pembagian pembimbing, kami –para pembimbing praktikum- punya cara unik. Setelah kelompok dibagi, maka pembimbing praktikum dibagi berdasarkan hasil klintingan. mirip arisan. Untuk pertama namaku nggak keluar, kedua juga nggak, selanjutnya nggak lagi. Duh, sepertinya takdir memang berpihak padaku. Namaku keluar terakhir, artinya aku bakal jadi pembimbing anak itu. Ya sudahlah, sepertinya semester ini bakal jadi semester yang cukup berat. J
Untuk pertemuan pertama hanya pembagian kelompok dan informasi untuk materi yang akan diberikan selama satu semester ke depan. Dan untuk pertemuan ke dua materinya adalah mengulang materi yang sudah diberikan disemester sebelumnya untuk mengukur kemampuan siswa.
Saat praktikum pertama, aku sengaja hanya melihat tanpa membimbing karena aku ingin lihat kemampuan individu masing-masing. Selama praktikum aku berjalan mengawasi anak-anak yang aku bimbing. Kadang aku tersenyum kadang juga geleng-geleng kepala, karena sudah kelas akhir tapi praktek masih berantakan. Terlebih lagi sama kiki anak yang paling bandel itu.
Setelah praktikum selesai aku memanggil anak-anak itu satu persatu. Aku sampaikan kesalahan-kesalahan selama pratek dan bertanya kesulitan yang dialami selama praktikum. Hingga tiba waktunya buat kiki.
“kiki” panggilku.
Dia langsung datang menghampiri dimejaku.
“kiki, kamu tahu kesalahan yang kamu lakukan selama praktikum?” tanyaku.
“nggak bu” jawabnya sambil cengengesan.
“jadi,kamu masih salah dipenimbangan, kamu belum bisa membedakan anak timbangan 1gram dan 5gram? Terus kamu belum bisa membedakan bahan-bahan mana saja yang boleh ditimbang dengan kertas perkamen atau kaca arloji? kamu itu sudah kelas XII dan sebentar lagi ujian kompetensi. Kesempatan kamu buat belajar tinggal satu semester ini loh. Ini baru sebagian kecil masih banyak kesalahan yang kamu lakukan. Untuk jelasnya sudah saya tulis di jurnal praktekmu. Pelajari lagi” terangku
“baik bu” jawabnya singkat. Tanpa rasa penyesalan sedikitpun.
“ya sudah kamu boleh pergi” perintahku.
Kiki langsung kembali ke kelasnya tanpa pamit. Aku cuma bisa menarik nafas panjang berusaha untuk menenangkan diri. Baru kali ini aku menemukan anak seperti dia.
Untuk pratikum selanjutnya hampir semua resep yang dikerjakan nggak ada yang benar. Sekalinya benar itu juga nyontek. Ckckk. . . sepertinya memang perlu privat.
Aku memanggilnya sekali lagi.mencoba untuk mencari tahu permasalahanya. Setelah perbincangan yang cukup lama dengan kiki, aku bisa menyimpulkan kalau kiki adalah anak yang kurang motivasi. Dia anak yang bisa dibilang kurang perhatian dari orang tuanya. Kedua orang tuanya sibuk bekerja diluar kota. Dan kiki tinggal dengan adiknya.
“jadi kiki, di ujian tengah semester ini. Dari empat resep yang di ujikan. apa bisa benar tiga?” Tanya ku. “kalau iya, saya bakal kasih hadiah ke kamu” lanjutku.
“duh bu, itu berat. Satu aja ya?” pintanya
“tidak bisa. Harus tiga” jawabku tegas
Dia hanya diam tidak memberikan jawaban hingga bel tanda istirahat selesai berbunyi.
“ya sudah, kembali ke kelas” perintahku.
 Di praktikum praktikum selanjutnya kiki mulai ada perubahan sedikit demi sedikit. Kadang bisa benar satu, kadang benar dua dan kadang tidak ada yang benar. Hingga ujian tengah semester berlangsung.
Untuk pengawas ujian praktikum kita memakai sistem pengawas silang. Dimana aku mengawasi anak-anak dari pembimbing lain. Ujian berjalan dengan lancar. Jurnal dan hasil langsung dikoreksi saat itu juga.jadi bisa langsung tahu nilai yang didapat.
Keesokan harinya aku memanggil kiki.
“kiki ini buat kamu” kamu menyodorkan satu buah coklat.
“loh bu, kan aku hanya benar dua” katanya heran.
“ini bukan untuk hasil yang kamu peroleh, tapi untuk usaha yang kamu lakukan.”terangku. “jika kamu bisa mengerjakan tiga resep atau mungkin semuanya, kamu bisa dapat coklat yang lebih besar dari ini”
“makasih bu”
“usaha tidak pernah mengkhianati hasil ki.”